Wednesday 28 May 2014

Contoh NAskah Drama Radio "Andai Waktu Dapat Kembali"

Dengan bangga, 103,3 Fm mempersembahkan, sandiwara radio “Andai Waktu Dapat Kembali”

Cerita ini hanya rekayasa belaka yang terinspirasi oleh cerita perjuangan seorang perempuan bernama R.A Kartini, sekiranya menyimpang dari cerita asli, tolong harap maklum.

Adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam sandiwara “Andai Waktu Dapat Kembali” adalah simbah sebagai Pak Sugeng, piko sebagai Abid, Dewi sebagai Mar, Aya sebagai Bu Nur, Tama sebagai Nurito. Peran pembantu, Hasan sebagai Ahmad, Fifi sebagai Diah, Tyas sebagai Wardani, Dara sebagai Ning, Lia sebagai Yuli.



Prolog

Hidup adalah suatu rangkaian perjalanan waktu dengan untaian peristiwa di dalamnya. Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti dalam mengiringi cita dan cinta yang kita harapkan. Andai Waktu Dapat Kembali…kisah anak manusia yang hidup terkekang karena kentalnya budaya dan keadaan ekonomi yang pas-pasan sehingga cita-citanya tidak kesampaian. Keinginannya untuk menuntut ilmu ditentang oleh ayahnya. Bagaimana kisah selengkapnya tentang drama Andai Waktu Dapat Kembali, mari kita dengarkan bersama-sama…

Adegan I Mar, Ibu

Soundtrack / musik tradisional jawa
Sore itu dihalaman belakang rumah, Ibu sedang bercakap-cakap dengan Mar.

Ibu                   : “Ada apa to nduk, kok melamun saja? Ada masalah apa to? ”
Mar                  : “Ga ada apa-apa kok bu”
Ibu                   : “Ga ada masalah kok ekspresi wajah kamu jelek sekali seperti ini, apa ini ada hubungannya dengan perkataan bapakmu kemarin?
Mar                  : (menarik nafas sejenak kemudian dihembuskan) “Ga taulah Bu”
Ibu                   : “Mar…Bapakmu orangnya memang kolot, orangnya keras kepala, tapi percayalah nduk, bapakmu bersikap begitu karena memang adat istiadat kita yang sudah dari sononya begitu, kita ini orang jawa nduk, dan terlahir menjadi seorang perempuan yang harus nurut sama suami, ibaratnya dalam pepatah jawa mengatakan “wong wadon kui nduk, bebasane swargo nunut neroko katut”
Mar                  : “Tapi bu… apa salah kalau Mar ingin menuntut ilmu lebih tinggi lagi? “
Ibu                   : “Yo ndak to nduk, tapi ekonomi kita sepertinya tidak memungkinkan, perempuan itu harus 3 M (masak, macak, lan manak), perempuan pada akhirnya ya kembali ke dapur dan menjadi seorang ibu rumah tangga, yang hanya bisa ngurusin anak dan suami, dalam artian ya berbakti pada keluarga”
Mar                  : “Mar mengerti bu, Mar juga ingin jadi istri yang baik dan berbakti pada suami, tapi di sisi lain Mar juga ingin mencari pengalaman dan ilmu yang banyak, sapa tau suatu saat bermanfaat manakala Mar pingin cari kerja, ya to bu? “
Ibu                   : “Yang dikhawatirkan gini lo nduk, umurmukan sudah 22 tahun, kalau kamu ga cepet-cepet nikah, nanti kamu jadi perawan tua dan susah punya anak”
Mar                  : “Tapi bu…”
Ibu                   : “Sudahlah nduk, mending kamu turuti saja apa kata bapakmu, to maksud bapakmu untuk menjodohkanmu itu baik, ingat usiamu nduk”

Narator

Mar hanya membisu manakala mendengar penjelasan dari ibunya. Tak lama kemudian, dari dalam rumah terdengar suara bapak memanggil-manggil.  

Adegan 2, Ibu, Bapak

Lagu

Bapak              : “Bune…bu...bune, dimana to yo, dipanggil dari tadi kok ga nyaut-nyaut, bune…(sambil berteriak)
Ibu                   : “Ada apa to pak, kok teriak-teriak? “
Bapak              : “La salahnya, dari tadi dipanggilin kok ga denger”
Ibu                   : “Piye-piye, ada apa to? “
Bapak              : “Ndak, aku tu cuma mau tanya, rumah segede ini kok ga ada orangnya itu, pada kemana to? “
Ibu                   : “La wong cuma cari angin di belakang rumah kok pak…pak…pake teriak-teriak segala”
Bapak              : “Terus, Mar sekarang dimana? “
Ibu                   : “Ada dibelakang pak”
Bapak              : “Yo wes, suruh kesini saja, soalnya bapak ada perlu sama dia”
Ibu                   : “Sebentar ya pak, ibu panggilkan Mar dulu”
Bapak              : “Ho oh, cepet, ga usah lama-lama? “

Narator

Ibu pun beranjak pergi ke halaman belakang rumah untuk memanggil Mar. Dan tak lama setelah itu Mar datang untuk memenuhi panggilan bapaknya.

Adegan 3, Bapak, Ibu dan Mar

Lagu

Bapak              : “Rene to cah ayu, bapak mau ngomong sama kamu”
Mar                  : “Ada apa to pak, kok kelihatannya penting sekali? “
Bapak              : “Ya memang penting to nduk, inikan demi kebaikanmu”
Mar                  : “Masalah apa to?”
Bapak              : “Nduk, tadi bapak mampir ketempatnya pak lurah, kata pak lurah dia sudah setuju”
Mar                  : (menghela nafas) “Hah…mesti ini soal mas Bagas lagi? “
Bapak              : “Tak bilangin yo nduk, Bagas itu orangnya ganteng, pengusaha sukses. Kita itu… kalau mau mencari jodoh, harus melihat dari bobot, bibit dan bebetnya
Mar                  : “Tapi pak, kata temen-temenku, mas Bagas itu suka gonta-ganti pacar”
Bapak              : “Itu rak baru denger dari temen-temenmu”
Ibu                   : “Iya nduk, sapa tau temen-temenmu salah”
Mar                  : “Tapi bu, kalau itu benar, apa bapak sama ibu tega kalau Mar nanti sakit hati? Kalau nanti Mar jadi istrinya terus dia main serong, apa bapak ibu rela? (diam sejenak menarik nafas) Mar itu belum mau menikah, Mar masih kecil, Mar masih ingin meneruskan sekolah pak“ (berontak)
Bapak              : (marah) “Kamu sekarang sudah berani to melawan bapakmu, cah wedok dikandani kok ngeyel, pokoknya bapak ga mau tau, kamu harus terima pinangan Bagas anaknya pak lurah.
Mar                  : “Mar ga mau pak, Mar kan sudah bilang, Mar itu masih mau sekolah”
Bapak              : “Pokoknya kamu harus terima”
Mar                  : “Terserah bapak, pokoknya Mar tetap tidak mau dilamar ataupun menikah sama mas Bagas” (beranjak pergi menuju kamarnya dan membanting pintu)
Bapak              : “Dasar anak tidak tau terima kasih” (batuk-batuk karena sakitnya kumat)
Ibu                   : “Sudah to pak, sudah…ingat penyakitmu nanti kumat lagi”
Bapak              : (masih terbatuk-batuk)

Narator

Suasana rumah yang awalnya adem ayem mendadak panas. Mar dan bapaknya terlibat pertengkaran, karena perjodohan yang dilakukan oleh bapaknya. Perihal perjodohan dengan Bagas anak bapak lurah di desa geblakan, tamantirto, kasihan, bantul, Yogyakarta. Berita tentang lamaran itupun tersebar luas dengan cepat dan akhirnya menjadi bahan perbincangan penduduk geblakan.

Adegan 4, Tyas, Fifi, Dara

Lagu

Tyas                 : “Eh sudah tau belum?”
Dara                 : “Tau apanya?”
Fifi                   : “Iya nih, ada apa to?’
Tyas                 : “Ini lo, kabarnya mas Bagas anaknya pak lurah mau menikah lo?”
Dara                 : “Menikah? Masak sih?”
Tyas                 : “Iya”
Fifi                   : “Emang siapa to calonnya?”
Tyas                 : “Si Mar, anaknya pak Sugeng”
Dara                 : (sedikit mengejek) Ha…Si Mar, ga salah apa? Diakan cuma tamat SMA”
Fifi                   : “Iya, miskin lagi, apa pak lurah ga malu punya menantu dia”
Tyas                 : “Ya itu yang aku bingungkan, apa jangan-jangan Mar main guna-guna ya?”
Lia                   : “Ah kamu itu ada-ada saja, mana mungkin Mar begitu, bukannya memang dari dulu mas Bagas selalu mengejar-ngejar Mar”
Fifi                   : “Tapi Ning, sapa tau War benar”
Lia                   : “Ga mungkin, orang aku tau sendiri kalau Mar itu ga cinta sama mas Abid, Mar itu cuma pingin meneruskan sekolah tapi bapaknya tidak mengijinkan”
 Tyas                : “Sapa tau saja Mar berkata begitu cuma di depan kamu saja Yul, ya ga teman-teman?”
Semua              : “Iya, he eh”
Lia                   : “Pokoknya ga mungkin, aku tau siapa Mar, sudahlah, mending kita ngomongin yang lain saja, ga baik ngomongin orang, pamali?”
Tyas                 : “Yo wes, akukan bermaksud baik, aku cuma ingin kasih tau kalian saja kok” (sedikit ngambek dan ekpresi cemberut)

Narator

War, Ning, Diah dan Yuli pun mengakhiri perbincangan mereka menyangkut masalah pernikahan mas Bagas anaknya pak lurah. Sementara itu di sisi lain, Abid selaku pimpinan perusahaan jasa pariwisata terbesar di Jogja dan Nurito selaku kepala bagian penerimaan pegawai dan Ahmad selaku kepala bagian pemasaran dan konsumen berbincang-bincang di sela-sela waktu istirahat makan siang disekitar kantor mereka.

Adegan 5, Piko, Hasan, Fifi

Lagu

Piko                 : “Ahmad?”
Hasan               : “Ya ada apa pak?”
Piko                 : “Bagaimana perkembangan perusahaan kita saat ini?”
Hasan               : “Wah, saat ini perusahaan kita berkembang sangat pesat pak, banyak pengunjung yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri yang memanfaatkan jasa pariwisata kita”
Piko                 : “Oh ya?”
Hasan               : “Tentu saja pak”
Piko                 : “Lalu bagaimana dengan pelayanan yang kita lakukan, apa memuaskan bagi mereka?”
Hasan               : “Alhamdulillah selama ini tidak pernah ada komplaint pak, kalaupun seandainya saja ada, sudah barang tentu saya dan tim saya segera melakuan evaluasi dan perbaikan kualitas pelayanan kita”
 Piko                : “Baguslah kalau begitu, berarti menyangkut hal konsumen aman” (diam sejenak) “Terus kalau kamu Ito, bagaimana dari segi karyawan kita, apa ada yang tidak memuaskan dari kinerja mereka, atau malah kita butuh menambah karyawan lagi?”
Tama                : “Menurut saya, saat ini kita butuh tambahan karyawan pak, soalnya konsumen yang menggunakan fasilitas jasa pariwisata kita semakin meningkat sedangkan sumber daya manusia kita masih kurang”
Piko                 : “Benar begitu?
Tama                : “Benar pak, apalagi bila menyambut hari libur tiba, banyak sekali wisatawan yang datang ke jogja”
Piko                 : “Kira-kira kita butuh tambahan karyawan baru berapa?”
Tama                : “Mengingat sebentar lagi akan datang liburan panjang, sepertinya kita butuh tambahan karyawan 10 orang, 5 pegawai tetap dan 5 lagi itu freelance yang kapan kita butuh dia bisa Bantu kita”
Piko                 : “Ya sudah kalau begitu, segera saja kamu buat pengumumuman penerimaan pegawai baru perusahaan kita”
Tama                : “Baik pak”


Narator

Satu minggu berlalu semenjak pertengkaran Mar dan bapaknya. Pagi itu bapak Mar alias pak Sugeng sedang pergi ke sawah, sehingga yang ada dirumah tinggal Mar dan ibunya saja.

Adegan 6, Ibu, Mar

Lagu

Ibu                   : “Mar, kamu mau kemana?”
Mar                  : “Mau main ketempat Yuli bu, menghilangkan suntuk, sekalian cari informasi tentang lowongan pekerjaan”
Ibu                   : “Dengarkan ibu dulu to nduk?”
Mar                  : “Mar males bu, ibu selalu saja ngomong masalah yang sama”
Ibu                   : “Nduk, bapakmu itu orangnya keras, ibu berharap kamu mau menerima pinangan Bagas, jangan buat bapakmu marah terus Mar, kasihan nanti penyakit bapakmu semakin parah”
Mar                  : “Ya terserah, toh itu kemauan bapak sendiri”
Ibu                   : “Tapi bapakmu itu sakit keras nduk, mbok kamu turuti saja permiantaan bapakmu itu?”
Mar                  : “Mar tetap ga mau bu, Mar itu maunya sekolah, terus kalau sudah lulus mau bekerja dulu cari uang yang banyak, baru setelah itu menikah”
Ibu                   : “Tapi nduk, kitakan butuh biaya besar untuk mengobati penyakit bapak, Bagaskan pengusaha sukses”
Mar                  : “Maksud ibu?”
Ibu                   : “Ya…kalau nanti kamu jadi menikah dengan Bagas, paling ga kan bisa bantu-bantu pengobatan bapakmu”
Mar                  : “Jadi bapak dan ibu menjodohkan Mar itu untuk menguras hartanya mas Bagas?”
Ibu                   : “Bukan begitu nduk, mana mungkin bapak dan ibu setega itu, tapi kamukan tau kalau akhir-akhir ini penyakit bapakmu semakin parah saja, ibu khawatir kalau terjadi kenapa-kenapa sama bapak kalau tidak segera diobati”
Mar                  : “Ibu kok ngomong begitu to, bapak itu tidak bakal kenapa-kenapa, bapak itu cuma kecapean saja, makanya begitu, sudahlah bu, mending ibu ijinkan saja Mar meneruskan sekolah biar nanti bisa dapat pekerjaan layak dan gajinya gede, jadi bisa memenuhi kebutuhan keluarga kita, soal biaya sekolah biar Mar sambil mencari pekerjaan sampingan”
Ibu                   : “Tapi nduk…”
Mar                  : “Sudahlah bu, nanti saja kita bicarakan lagi, sekarang Mar mau ketempat Yuli, ga enak, soalnya dia sudah menunggu Mar dari tadi
Ibu                   : “Mar…
Mar                  : “Mar pamit dulu bu, assalamu’alaikum”
Ibu                   : “Wa’alaikumsalam”


Narator

Perlahan Mar meninggalkan rumahnya menuju ketempat Yuli sahabat dekatnya. Di rumahnya ternyata Yuli sedang mondar-mandir menunggu kedatangan Mar. Pasalnya sudah hampir satu jam Mar belum juga datang menemuinya.

Adegan 7, Mar, Yuli

Lagu

Yuli                  : “Mar kemana to, kok jam segini belum datang juga ya, aduh…”
Mar                  : “Assalamu’laikum”
Yuli                  : “Wa’alaikumsalam, akhirnya kamu datang juga to Mar, kemana saja to kamu kok baru datang sekarang?”
Mar                  : “Biasa Yul, diomeli sama ibukku soal mas Bagas anak pak lurah kita itu”
Yuli                  : “Mesakke tenan koe Mar…mar…, piye…sido ora ngelamar kerjo bareng karo aku?”
Mar                  : “Ya jadilah Yul, bosan menganggur dirumah terus”
Yuli                  : “Yo wes kalau begitu, surat lamarannya sudah kamu buat belum?”
Mar                  : “Sudah, tinggal dikirimkan saja”
Yuli                  : “Buruan lo Mar, waktunyakan tinggal 3 hari lagi, nanti kamu telat lo”
Mar                  : “Besok rencananya aku kirim Yul, sekalian belanja kepasar”
Yuli                  : “Yo apik kui, ojo ditunda-tunda lagi. Oh ya, wawancaranya tanggal 21 lo Mar, kamu bisa datang to?”
Mar                  : “Bisa”
Yuli                  : “Ntar berangkatnya bareng karo aku yo?”
Mar                  : “Gampanglah Yul, bisa diatur”
Yuli                  : “Tenan lo Mar, biar disana nanti enak ada teman ngobrolnya”
Mar                  : “Yo…yo…”

Narator


Mar wawancara kerja tapi ketika seleksi akhir gagal karena ijazahnya Cuma tamat sma, kemudian sakit bapaknya tambah parah, ortu nyesal karena tidak menyekolahkannya dan diapun menerima perjodohan. (seperti zaman siti nurbaya lagi)

#radio #drama 

6 comments:

non zurya said...

HALLO KAK, SY IJIN MEMAKAI NASKAH INI YA, UNTUK TUGAS KULIAH..

085725487475 said...

Ojo sur

Garry Cantona said...

Permisi Kak, ijin memakai naskah ini untuk latihan komunitas teater kami dan diupload ke yutub ya kak, tapi tidak komersial kok. Terima KAsih

Samlekom said...

Ijin pake naskah buat tugas sekolah ya

Unknown said...

Izin pake naskah kak buat tugas sekolah

Anonymous said...

Permisi kak, saya izin menggunakan naskah ini ya kak, untuk tugas kuliah

Cara Cek Menu Catatan di Facebook Versi Terbaru 2020

Halo semuanya apakabar? Lama ya tak jumpa. Oh ya, kali ini Rey akan berbagi pengalaman dengan kalian mengenai kejadian yang baru saja Rey al...